Wednesday 7 October 2020

Eksotisme Curug Cimarinjung

Catatan perjalanan menelusuri keindahan Curug Cimarinjung, Geopark Ciletuh-Palabuhan Ratu, Sukabumi

Halo good reader!

Setelah catatan perjalanan pembuka sebelumnya, kali ini saya telah membuat catatan kembali tentang destinasi curug Cimarinjung yang telah saya sambangi selama di Geopark Ciletuh-Palabuhan Ratu, Sukabumi pada Sabtu lalu. Selamat membaca!

Jalur Geopark Ciletuh-Palabuhan Ratu, Sukabumi memang selalu memberikan kejutan, ragam lanskap penampakan alam yang tersuguhkan membuat siapapun yang melihatnya tidak bisa berhenti untuk berdecak kagum. Lanskapcurug dan sungai yang lebar di sebelah kiri jalan (lihat unggahan sebelumnya) adalah satu di antara skeian banyak penampkan alam yang mempesona. Setelah melewati lanskap indah tersebut, saya dan rombongan berhenti di destinasi selanjutnya yaitu curug Cimarinjung. 

Curug Cimarinjung terletak di kanan jalan yang menurun menuju Pantai Palangpang. Kami yang saat itu konvoi dengan motor memarkirkan motor kami tepat di sisi kiri jalan, di depan warung yang juga menyediakan homestay. Biaya parkir per motor dikenakan Rp.5000, untuk homestay dikenakan  Rp.400.000 per malam, namun sayangnya belum termasuk makan, jika plus makan terdapat biaya tambahan sekitar Rp.200.000 sehingga total Rp.600.000. Eits, tapi jangan khawatir, masih tersedia penginapan lainnya di sepanjang jalan menuju Pantai Palangpang. Saran saya lakukan pencarian di internet terlebih dahulu atau di aplikasi semacam Reddoorz atau Oyo, jika ada segera lakukan reservasi sebelum tiba di lokasi guna antisipasi penuhnya penginapan.

Setelah motor terparkirkan, kami menyusuri setapak menuju curug Cimarinjung. Sekitar 100 meter dari gerbang utama, pengunjung diharuskan registrasi perwakilan seorang dengan menuliskan nama, asal, dan jumlah rombongan. Sementara biaya yang dikenakan sukarela. Dari meja registrasi sudah bisa terdengar suara air terjun yang berdebum menabrak bebatuan dan kolam. Saya menyusuri setapak yang menikung dengan dinding batu besar yang menghimpit dan mengharuskan setiap pengunjung bergantian melewatinya. Sesaat setelah melewati tikungan batu dan menaiki tangga dengan tuas air di sebelah kanan, barulah saya dapat mengagungkan dan mengagumi secara utuh bagaimana curug Cimarinjung itu. Hempasan airnya bisa terasa dari jarak yang cukup jauh bahkan mampu membuat basah sekujur tubuh. 


Video singkat saat menyusuri setapak sempit hingga akhirnya dapat menyaksikan keindahan Curug Cimarinjung yang eksotis



Dok. Pribadi Foto Lanskap Curug Cimarinjung, 3 Oktober 2020

Sedikit catatan sebelum bertandang ke Curug Cimarinjung, pastikan tidak salah kostum, pakailah jaket dan sendal outdoor (sendal gunung) karena ini lebih baik ketimbang menggunakan sepatu atau tidak menggunakan jaket sama sekali. Karena hempasan airnya perlahan dapat membasahi sekujur tubuh. Lalu tidak lupa bawa pakaian ganti, antisipasi jika pakaian yang dipakai basah atau ingin sekadar bermain di pinggiran kolam ketika sedang tidak meluap. Sayangnya saat itu curug Cimarinjung tengah meluap, bahkan saya sempat diperingati untuk mempercepat pengambilan gambar di atas tebing sisi kanan air terjun yang menjorok guna mengantisipasi datangnya air bah.



Dok. Pribadi Penjaga dan Panorama Curug Cimarinjung, 3 Oktober 2020


Dok. Pribadi Foto Lanskap Curug Cimarinjung, 3 Oktober 2020

Penamaan curug Cimarinjung berasal dari nama desa dan sungai Cimarinjung yang berada di bawah air terjun Cimarinjung. Curug Cimarinjung sebagaimana curug lainnya di Geopark Ciletuh-Palabuhan Ratu Sukabumi, airnya berwarna keruh pada saat memasuki musim penghujan yaitu bulan 11-2. Pada waktu itu (lihat foto di atas) kebetulan sekali saya datag saat debit curug Cimarinjung sedang tinggi dikarenakan hujan yang turun seminggu belakangan sehingga membuat airnya menjadi keruh (cokelat). Warna air yang keruh tersebut tidak hanya dialami oleh curug Cimarinjung saja namun dialami juga oleh curug lain, seperti curug Dog-dog, curug Sodong, curug Cikanteh. Hal tersebut semakin memperkenalkan kepada kita bahwa tidak semua air terjun berwarna biru kehijauan dan bening. Ini menjadi potensi untuk diperkenalkan bahwa curug di Geopark Ciletuh memiliki ciri khas tersendiri dan berbeda dengan yang lainnya. Serta diedukasikan kepada seluruh masyarakat maupun pengunjung apa dan mengapa curug Cimarinjung dan curug lainnya memiliki warna berbeda dari kebanyakan curug biasanya. Meski begitu, berdasarkan penuturan penjaga curug Cimarinjung khususnya dan curug yang lainnya memiliki warna yang bening saat memasuki musim kemarau, dan waktu terbaik untuk mengunjungi curug Cimarinjung ialah pada bulan 5-8 karena debit air saat itu tidak banyak dan tidak sedikit. Terakhir kali penulis mengunjungi curug Cimarinjung pada 10 Oktober 2020, air kolam yang penulis perhatikan berwarna hijau tua dengan sedikit cokelat di tepi kolamnya.

 


                                          Dok. Pribadi Foto Lanskap Curug Cimarinjung 10 Oktober 2020

Warna air yang demikian bagi penjaga registrasi curug Cimarinjung masih bisa dikatakan jernih dan masih mampu mengairi 150 hektar sawah oleh karena air terjunnya yang dibendung. Dengan demikian warna kolam maupun air curug Cimarinjung memang tidak bisa diprediksi menjelang memasuki musim penghujan dan hal ini tergantung pada situasi maupun cuaca di hulu dari curug Cimarinjung itu sendiri.

Salam!



Catatan: Artikel ini baru saja dilakukan perubahan isi dan data, mohon maaf atas kesalahan statement dan tulisan yang penulis tuangkan sebelumnya, semua semata karena penulis masih belajar dan berproses dalam menyajikan sajian tulisan yang informatif, edukatif dan menghibur. Sekian dan terima kasih!

Sunday 4 October 2020

Catatan Pembuka Perjalanan Geopark Ciletuh-Palabuhan Ratu, Sukabumi

Halo good reader!

Setelah lama tidak mengunggah apapun, kali ini saya akan membagikan hasil foto saya disertai deskripsi dan catatan perjalanan selama menjelajahi Geopark Ciletuh-Palabuhan Ratu, Sukabumi. Selamat membaca!



Dok. Pribadi Lanskap Curug Sebelah Kiri Jalan Menuju Pantai Palangpang, 3 Oktober 2020

Foto ini adalah pembuka untuk catatan perjalanan saya selama di Ciletuh. Salah satu lanskap di sisi kiri jalan saat menuju Curug Cimarinjung dan Pantai Palangpang, Geopark Ciletuh-Palabuhan Ratu, Sukabumi. Saya menjadikan curug dan sungai ini sebagai penanda bahwa sebentar lagi akan memasuki Curug Cimarinjung lalu selanjutnya Pantai Palangpang.

Sebelum penasaran dan ingin berkunjung ke Geopark Ciletuh, mari kita kendorkan ekspektasi yang ada perihal air terjun di Ciletuh. Air terjun di Ciletuh sama seperti foto di atas, berwarna keruh (cokelat) kebanyakan. Sayangnya ada beberapa foto yang beredar di sosial media tentang curug di Ciletuh yang diedit jauh dari keaslian objeknya. Editing foto yang berlebih selain menghilangkan keaslian objek, bisa bikin seseorang berekspektasi lebih pada objek tersebut. Ya contoh Curug Sodong, Sukabumi yang airnya diedit menjadi biru dan jernih misal yang beberapa waktu lalu saya lihat dari suatu akun tidak resmi Geopark Ciletuh. Ini akan melambungkan sekaligus menghancurkan ekspektasi bagi yang melihatnya. 

Curug di Geopark Ciletuh Sukabumi terkenal dengan warnanya yang kebanyakan keruh (cokelat). Justru keaslian warnanya yang cokelat ini harus dimanfaatkan untuk menarik kunjungan wisatawan yang datang dengan ekspektasi seadanya dan tidak berlebih. Sehingga jika nanti kecewa, kekecewaan itu tidak akan berimbas pada hal lain misal pada objek wisata itu sendiri. Jadi sedikit catatan bagi yang mau ke Geopar Ciletuh jangan lupa pastikan bagaimana Ciletuh dengan segala penampakan alamnya yang ada agar hasrat untuk berkunjung adalah ketulusan untuk berlibur dan menikmati keindahan Ciletuh, dan jangan lupa buat rencana perjalanan sedemikian rupa, agar waktu lebiih efisien. Karena sungguh tidak cukup sehari untuk menjelajahi keindahan Ciletuh yang mempesona.


Salam!

Trip ke Pulau Kunti, Ciletuh Sukabumi

 "Wohooo" Begitulah reaksi kami ketika menumpangi kapal nelayan milik mas Bewok menyusuri keindahan laut teluk Ciletuh menuju Pula...