STAINLESS STEEL STRAWS AS AN ECO-FRIENDLY
PRODUCTS? JANGAN BURU-BURU
Oleh : Abdurrachman
Sedotan stainless steel sebagai
produk ramah lingkungan? Tunggu dulu, jangan buru-buru. Kemunculan sedotan
stainless steel sebagai alternatif dan
eco friendly products bagi mereka yang sulit meninggalkan kebiasaan minum
dengan sedotan plastik memang sudah ada semenjak kampanye anti sedotan plastik
bergaung. Penilaian terhadap sedotan stainless steel sebagai salah satu yang
ramah lingkungan tidak lepas dari dampak buruk yang diciptakan dari penggunaan
sedotan plastik. Namun apakah sedotan stainless steel benar benar produk ramah
lingkungan (eco friendly products)?
Berdasarkan
all-recycling-facts.com, pengertian dari eco
friendly products adalah produk
yang tidak membahayakan lingkungan baik dalam produksi, penggunaan atau
pembuangannya. Dengan kata lain, produk-produk ini membantu melestarikan
lingkungan dengan secara signifikan mengurangi polusi yang bisa mereka
hasilkan. Secara pengertian dari eco friendly products, sedotan stainless steel masuk ke dalam
produk ramah lingkun gan dilihat dari penggunaan dan pembuangannya. Dari sisi
penggunaan sedotan stainless steel bersifat reusable
dan bukan single use seperti
sedotan plastik, sifat ini mencegah adanya pembuangan yang akhirnya
menjadikannya sampah seperti apa yang diakibatkan dari penggunaan sedotan
plastik. Namun demikian, bagaimana dengan aspek produksi? Apakah produksi
tersebut hanya sebatas memproduksi tanpa mencederai lingkungan atau sampai pada
bagaimana suatu industri memperoleh bahan baku tersebut?
Sedotan
stainless steel yang beredar di Indonesia mayoritas diimpor dari China,
meskipun demikian tidak menutup kemungkinan terdapat sedotan stainless steel
yang diproduksi oleh produsen lokal. Terlepas dari itu semua, China menjadi
negara yang memproduksi emisi karbon terbesar di dunia. hal ini tidak lepas
dari sektor industri manufaktur yang menjadi lumbung perekonomian negara. Salah
satu industri yang menjadi penyumbang emisi terbesar ialah industri logam berat
seperti besi maupun baja, dan stainless steel termasuk komoditi di dalamnya.
Dongguan Yubiao Hardware Co menjadi salah satu manufaktur yang memproduksi
sedotan stainless steel yang berlokasi di kota Dongguan provinsi Guangdong. Provinsi
Guangdong merupakan salah satu provinsi yang dipenuhi dengan industri
manufaktur, dan kota Dongguan menjadi salah satu pusat dari industri manufaktur
tersebut.
Dilansir
dari The Guardian, kota Dongguan tengah mengalami permasalahan serius, permasalahan
ini meliputi pencemaran udara dimana kandungan karsinogenik di udara yang
tinggi sebagai buntut dari banyaknya industri manufaktur yang berdiri. Asap
dari industri manufaktur yang pekat dan membubung menjadi salah satu faktor
betapa buruknya kualitas udara di China khususnya di Dongguan, terlepas dari
faktor lain seperti kendaraan bermotor. Bahkan di tahun 2018, Earth Observatory
NASA merilis sebuah gambar yang menunjukkan wilayah Pearl River Delta (wilayah
yang juga pernah menjadi tempat pembuangan limbah cair maupun padat industri)
terselubungi oleh polusi udara. Kualitas udara yang buruk di provinsi Guangdong
tidak lepas dari aktivitas perekonomian kota-kota besar seperti Guangzhou,
Dongguan, Shenzen yang notabenenya digerakkan oleh ragam industri. Maka
dari itu, produksi stainless steel sendiri sekiranya sampai saat ini masih
melahirkan dampak buruk bagi lingkungan.
Sedangkan
jika dipandang dari sisi produksi sampai pada bagaimana bahan baku tersebut
diperoleh, apabila dilihat dari materialnya, sedotan stainless steel terbuat
dari bahan baku utama bijih besi yang mana bijih besi itu sendiri didapatkan
melalui pertambangan. Sedotan stainless steel yang beredar di Indonesia banyak
diproduksi di China sedang bahan bakunya sendiri yaitu bijih besi, salah duanya
diperoleh dari Indonesia dan Australia.
Di
Indonesia, tambang bijih besi tersebar dari barat sampai ke timur. Namun sangat
disayangkan, bijih besi yang digunakan sebagai bahan baku utama pembuatan
sedotan stainless steel diperoleh dari tambang yang notabenenya tidak ramah
terhadap lingkungan. Salah satunya tambang bijih besi yang terletak di pulau
Sebuku, Kalimantan. Berdasaran portal berita daring, kagiatan tambang bijih
besi yang dilakukan oleh perusahaan tambang di pulau Sebuku, Kalimantan
menimbulkan dampak yang cukup mengerikan, pulau Sebuku terancam tenggelam
dengan indikasi terjadinya interupsi air laut ke daratan akibat dari
eksploitasi tambang yang telah dilakukan. Selain itu dampak buruk dari
penambangan bijih besi juga dirasakan oleh warga desa le Mirah, kecamatan
Babahrot, kabupaten Aceh Barat Daya, mereka mengeluh karena air yang biasa
dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-hari, saat ini kondisinya keruh dan berbau
semenjak berdirinya perusahaan pertambangan yang mengeksploitasi bijih besi di
wilayah mereka.
Selain
Indonesia, Australia juga menjadi negara eksportir bijih besi terbesar untuk
China dibandingkan yang lainnya. Menurut Ecomagazine
tambang bijih besi di Australia Barat beresiko menyebabkan ekosistem di
kawasan tersebut merapuh, hal ini dikarenakan kerusakan tanah yang luas yang
berdampak pada hewan-hewan sekitar, bahkan 92% wilayah ini merupakan titik
panas. Lubang bekas galian pun menjadi permasalahan lainnya, dimana lubang
tersebut menyimpan bahaya mulai dari polusi saluran air hingga potensi
keruntuhan. Di lain hal, proses distribusi bijih besi melalui kapal tongkang
bukan tidak mungkin dapat berdampak buruk terhadap laut yang dilalui. Jangkar
yang diturunkan dari kapal ketika berlabuh maupun berhenti sejenak tidak jarang
dapat merusak terumbu karang. Dampak konkret yang negatif dari tambang bijih
besi yang notabenenya sebagai bahan baku utama pembuatan sedotan stainless
steel, seakan mengaburkan penilaian terhadap sedotan stainless steel sebagai
produk yang ramah lingkungan bila ditinjau dari aspek produksi yang juga sampai
meliputi dari mana bahan baku industri tersebut diperoleh maupun hanya sampai
pada bagaimana sedotan stainless steel tersebut diproduksi.
Dengan
demikian, tidakkah terlalu naif dan terburu-buru bila sedotan stainless steel
dinilai sebagai produk ramah lingkungan tanpa mengetahui makna produk ramah
lingkungan itu sendiri dan memahami bagaimana sebuah produk dapat dikatakan
ramah lingkungan apabila memenuhi tiga aspek dari penggunaan, pembuangan sampai
produksi? Meskipun begitu, dewasa ini, negara-negara tersebut tengah berusaha
menyeimbangkan ekosistem yang seringkali menjadi korban dari ambisius roda
perekonomian, dan kita sebagaimana manusia yang telah membaca tulisan ini,
sekiranya bisa memosisikan diri dan bersikap lebih arif dalam menyikapi sebuah
fenomena. Lantas kembali dipertanyakan, apakah sedotan stainless steel (bukan)
produk ramah lingkungan?
Sumber :
https://www.theguardian.com/environment/2016/jul/20/full-holes-australia-mining-boom-permanent-scars
Gue lupa, tulisan kek gini namanya apa deh? Hortatory ya? Apa analytical?
ReplyDeleteGue boleh terus terang? gue sendiri gak tau masuk hortatory atau analytical, kalo dari isi argumentasi. Tadi sih googling hhehe soal hortatory dan analytical kayaknya ini masuk ke analytical deh yg lebih ke argumentasi gitu
ReplyDelete